Kamis, 08 Desember 2011

Documentary in cinema: is it just fiction?

Carol Nahra argues it doesn't need to be. 

 
Are we wasting time trying to get documentaries in cinema? If the Oscar-winning One Day in September made less than Bridget Jones did in the first half-hour, is there really any hope?

"People don't go to the movies to see real stories. They go either to see fantasies or dramatization of real stories," says One Day's producer John Battsek.

Battsek's conviction is widespread in the UK, and backed up by numbers: docs don't get bums on seats like fiction films. Only a few documentaries have been successful at the box office in Britain - most notably and recently the knee-thumping Buena Vista Social Club. The depressing sales make distributors and cinemas reluctant to sign on. And broadcasters, well, why should broadcasters care?

But signs are that, despite the numbers, a significant market for docs is going untapped. In her report Docspace, Amy Hardie argues great potential lies in mobilizing the niche documentary viewers that broadcasters set out to cater for, but have since been sidelined in the quest for ratings. The success of specialist screenings and documentary festivals -- numbers for both the Sheffield International Documentary Festival and Tour have increased dramatically - point to an appetite not being filled by television.

While Britain has a long way to go before documentaries are uncoupled from television in both audience and industry eyes, signs from abroad show a good documentary can get people out of the house. In Norway, three out of ten of the top films last year were documentaries, while in Canada, 100,000 people attended the Film Board's doc 'robotec' library. And in the U.S., where story-telling docs have never been a staple of television, "non-fiction features" screen regularly in independent cinemas.

Hardie says a key to success lies in getting distributors and broadcasters to recognize the benefits of cross media promotions, rather than squabbling over rights. And docs should have targeted marketing plans and longer runs so that two key factors - press reviews and word of mouth - can take hold. Digital projection also bodes well for screening docs by removing painful blow up costs, and allowing many more venues - Sweden is installing projectors in many community arts centres.

At the moment, docs hitting the big screen usually stem from a director's cinematic ambition -- and willingness to suffer financially. But it doesn't have to be that way. When Danish Film School students Jonas Frederiksen and Sami Saif decided to make a documentary chronicling Sami's search for his errant father, they had two aims: no television meddling during production and a cinematic release. To achieve the former they bypassed broadcasters and secured Danish Film Institute funds, linked up early with a major distributor, and took out major loans. For the latter they aimed large: Cinemascope, a symphony orchestra score, a fiction film editor, and a hefty marketing campaign.

Their ambitions were realized with a cinematic release in Denmark, and the scooping of the Joris Ivens award in Amsterdam. And the sweetener: Family has earned a profit - through television. The film has been bought by a dozen broadcasters, including BBC's Storyville. But catch it at this year's Sheffield International Documentary Festival the way it was made to be seen - in the cinema.

Carol Nahra is a freelance writer.

Pemantapan KINNE KOMUNIKASI 2011

Yes yes yes...:)

Minggu, 04 Desember 2011

Forsa KINETIK

" Diskusi dan Pemutaran Publik "

Sabtu, 03 Desember 2011

CERITA PAGI INI, DI KAMPUNGKU


Aku terbangun seketika kedua keponakanku masuk ke kamar dan membangunkanku secara paksa, maklum jam menunjukkan sudah pukul 08.00 waktu setempat. Karena semalam saya sudah berjanji kepada mereka untuk menemani momen pemotongan hewan kurban bersama keluarga dirumah, sekitar pukul 10.00 dari kamar saya terdengar suara kebisingan dari dalam garasi sebelah rumah saya. Ternyata hewan kurban sudah terpotong lehernya, lagi – lagi saya ketinggalan momen – momen ini seperti tahun – tahun sebelumnya. Tapi masih mending sekarang, tahun lalu ketika saya bangun tidur seluruh bagian tubuh hewan kurban sudah tekelupas semua.
 suasana paska pemotongan
Tidak mau ketinggalan langsung seketika saya mengambil kamera dan segera mendokumentasikannya, cuaca kemaren pagi sedikit mendung ditambah lagi gerimis yang mengurangi teriknya panas pagi itu. Ketika saya bersama keponakan saya sedang asik menyaksikan leher hewan kurban tersebut yang terpotong, saya langsung bingung kira – kira siapa tukang potong hewan tersebut pada waktu itu. Karena ketika waktu itu hanya ada sebagian keluarga saya yang dibantu beberapa tetangga untuk mengamankan jalannya pemotongan seekor Sapi tersebut.


Lalu tidak lama kemudian ada seorang laki – laki dengan seperangkat pisau beserta alat pemotong laianya yang terpasang di pinggulnya tiba – tiba datang dan lansung mengambil tali untuk di lilitkan ke bagian tubuh Sapi tersebut. Langsung seketika pertanyaan dasar saya pada waktu itu langsung terjawab, dalam hati saya berkata “oh ini ternyata paknya”. Disela – sela pemotongan, saya sempat bertanya sedikit kepada tukang jagal/tukang potong tersebut.        
Teko endi pak kok ketokane ksusu - susu iku? ( Darimana pak kok kliatannya keburu – buru gitu? )
Ikilo mas, akeh wong sing njaluk didisikno mbelehe. Kan repot wong sakdurunge gak onok janji ( ini loh mas, banyak orang yang minta di dahulukan motongnya. Kan repot soalnya belum ada janji sebelumnya )
Oalah, emang wis mbeleh piro pak? ( emang sudah memotong berapa pak? )
Iki mau sampe saiki aku wis mbeleh 10 ekor, lumayan kesusu – susu. Soale mariki kate budal nang mesjid aku wis dienteni wong – wong ( ini tadi sampai sekarang saya sudah motong 10 ekor, lumayan keburu – buru, soalnya mau berangkat ke masjid sudah di tunggu orang – orang )
 Pak sholeh ( tukang jagal )sedang menarik ekor Sapi yang akan dililitkan kesamping

 salah satu bagian tubuh Sapi yang sudah terpotong
Proses pemotongan tidak berlangsung cukup lama menurut saya, sekitar 30 menit seluruh bagian dari hewan kurban tersebut sudah terpotong menjadi beberapa  bagian. 
 Om To sedang menguliti kepala Sapi


 Kerabat keluargaku yang dibantu sebagian tetangga dalam proses pemilahan daging kurban
Setelah bagian – bagian itu terpotong, baru kemudian tetangga – tetangga saya yang mengolah hasil dari potongan daging Sapi tersebut. Nantinya daging hasil pemotongan tersebut akan dibagikan ke tetangga – tetangga sekitar rumah dan malamnya akan di olah menjadi hidangan makanan yang kebetulan tadi malam ada acara tasyakuran untuk eyang kakung saya .
 suasana tasyakuran pada malam harinya
Selamat hari Raya Idul Adha 1425 H…

Senin, 08 Agustus 2011

BUKA BARENG : FOTO BARENG


suasana buka bersama 
Usai sudah perjumpaan kita selama kurang lebih dua bulan yang lalu, kita sama – sama belajar, kita sama – sama membangun kekeluargaan baru yang kecil walaupun cuman sebentar. Tepat hari jumat kemaren ( 5/8 ) kita melakukan kegiatan buka puasa bersama, acara ini merupakan bagian dari rangkaian kita selama magang disitu. Iya betul, di Metro TV Jatim lebih tepatnya. Setidaknya selama satu bulan lebih kita berada disitu, ditempat itulah kita bertemu, berteman, dan berkeluarga. Banyak pengalaman yang kita dapatkan selama berada disitu, smuanya terjawab karena kita sama – sama mempunyai keinginan yang sama pula yaitu “ belajar “ .

e.k.s.e.k.u.s.i

Senin, 06 Juni 2011

PENGEN TIDUR SEMENTARA

Maaf........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................................



........................................................................................................................................................................


........................................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................................
.......................................sst..

Senin, 16 Mei 2011

BERTARUNG MELAWAN ANGIN


Sungguh menyenangkan bertarung melawan angin, seperti yang telah terjadi pada sebuah rangkaian bambu tipis terbalut kertas hingga bisa menjulang tinggi ke angkasa. Permainan ini sungguh menyenangkan, selain bisa kita sendiri yang mengatur kemudinya, kita bisa membiarkan nya sesuai arah angin berhembus.

Mari bermain layang – layang, permainan ini kini telah saya jumpai lagi. Tidak hanya anak – anak yang gemar bermain layang – layang, dari remaja hingga kalangan dewasa bahkan tua terkadang sampai saat ini sering saya jumpai sedang asik bermain permainan ini. Sepertinya permainan ini banyak di gemari berbagai kalangan, sangat terlihat menarik ketika hari menjelang senja. Banyak orang menghabiskan waktu luang tersebut untuk berkumpul bersama diruang terbuka sambil memanfaatkan angin untuk bermain permainan ini.

PEMUTARAN VIDEO AKUMASSA – SURABAYA DI KAMPUNG PLAMPITAN


Video kami kembali diputar, antusiasme warga pun cukup menarik. Iya memang betul demikian adanya, sabtu malam kemarin tepatnya tanggal 7 mei 2011 Video Akumassa - Surabaya kembali di putar dan di presentasikan di depan publik. Waktu itu di kampung Plampitan, lebih tepatnya disebrang Gedung pusat budaya Jawa Timur “ Cak Durasyim “. Sebelumnya saya tidak sebegitu tahu betul kenapa video ini kembali diputar di acara ini, karena kebetulan kita memutarnya dalam bagian pameran desain tentang kampung.

Si Lintah yang Malu - malu




Plastik Perekat


Senin, 02 Mei 2011

nyoba- nyoba...



Cahyo Wulan Prayogo di medium yang berbeda.
iseng - iseng ada film dan mesin scan,jadilah ini.
hehe

Sabtu, 12 Maret 2011

KERTAHES #3



KERTAHES #1,#2,#3 .... dan seterusnya.


Berawal dari kebiasaan “cangkrukan”, beberapa mahasiswa ilmu komunikasi UPN “Veteran” Jatim merasa Jenuh karena kurangnya acara yang diadakan di jurusan. Banyaknya intensitas bertemu dan berbincang tersebut menggagas suatu ide, yaitu mengadakan suatu acara yang bertujuan untuk memberikan ruang kreasi kepada mahasiswa ilmu komunikasi UPN “Veteran” Jatim, sehingga terbentuklah suatu acara yang berupa pameran yang sering kita sebut " Kertahes ".

Jumat, 11 Maret 2011

KENAPA HARUS GELORA 10 NOPEMBER VS TAMAN MUNDU ???

Beberapa waktu lalu saya posting sebuah deskripsi tentang video yang baru saya buat,berikut latar belakang nya :

Saya ingin menampilkan sebuah bingkaian video dengan latar belakang visual yang berlawanan, yang pertama adalah wajah Stadion Gelora 10 Nopember dengan latar belakang bangunan stadion kebanggaan warga Surabaya itu sendiri dengan melalui kisah – kisah yang sering terjadi sebelumnya yaitu Bonek Mania. Kemudian yang kedua taman Mundu yang berada disebrang stadion, karena taman tersebut masih baru selesai di bangung, jadi banyak warga Surabaya yang menghabiskan waktu luangnya disitu.
Banyak peristiwa massa terjadi disitu, ketika tidak ada pertandingan bola
. Di stadion tersebut nampak sejumlah atribut bola yang di jual oleh para pedagang kaki lima yang berjajar secara rapi disitu, sedangkan disebrangnya ada sejumlah warga yang menghabiskan waktu untuk bersantai-santai sejenak bahkan ada yang sedang berpacaran. Ini artinya ada dua sisi yang ingin saya tampilkan melalui video tersebut, yang pertama adalah proses transaksi dan jual beli yang berada didepan stadion dan yang kedua adalah aktifitas santai warga ketika berada di Taman Mundu. Ini berarti ada peristiwa massa yang berbeda ketika kita berada disitu.

Kenapa harus Gelora 10 Nopember dan Taman Mundu???

PEMUTARAN VIDEO 1 MENIT “ MELIHAT DAN MEREKAM “ OLEH KINETIK


Waktu itu Surabaya sedang berlangsung sejumlah acara yang di gelar secara bersamaan, maklum sebagian besar orang banyak menghabiskan waktunya di akhir pekan ini untuk bersantai dan berlibur untuk menikmati sebuah hiburan. Akan tetapi akhir minggu ini saya harus menyelesaikan sebuah proyek video satu menit yang digagas bersama –sama dengan teman – teman Kinetik, walaupun video saya sudah selesai seminggu sebelum batas akhir pengumpulan tetap saya merasa masih banyak yang kurang atas hasil video yang saya hasilkan.
MELIHAT DAN MERAKAM “ merupakan sebuah proyek kolektif dari Kinetik untuk memproduksi sebuah video satu menit , proyek ini berlangsung selama sebulan yang diikuti oleh sebagian besar anggota Kinetik itu sendiri. Kebetulan tidak ada tema yang mengusung gagasan ini, semua pertisipan yang terlibat bebas untuk membuat video sesuai apa yang mereka inginkan. Dari hasil keseluruhan sampai batas akhir pengumpulan telah terkumpul sekitar 12 video yang masing – masing berdurasi kurang lebih satu menit.
Keberagaman pun muncul, dari berbagai video yang dihasilkan terlihat sangat variatif dan yang jelas berbicara soal hal – hal menarik disekitar kita. Karya kolektif ini nantinya diharapkan menjadi sebuah tolak ukur serta dorongan untuk Kinetik lebih bergegas lagi dalam hal apapun, baik secara personal maupun golongan.

Jumat, 25 Februari 2011

Gelora 10 Nopember Vs Taman Mundu

Warga Surabaya tentu begitu kenal dengan stadion multi fungsi tersebut,Gelora 10 Nopember atau biasa disebut gelora Tambak sari.
Namun ada hal menarik ketika hari sudah menjelang sore hingga malam,kebetulan di depan stadion pas di bangun taman sebagai tempat ruang terbuka warga sebagai hiburan alternatif.
Kini Surabaya sudah memiliki stadion lagi selain stadion gelora 10 Nopember, lebih tepatnya gelora Bung Tomo yang lebih besar dan lebih nyaman secara kualitas.
Tapi untung keberadaan PKL disekitar gelora 10 Nopember sangat memberikan ruang alternatif bagi warga masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan konsumtif yaitu kebutuhan akan sandang dan sejenisnya hingga keberadaan stadion bersejarah tersebut tetap ramai walau tidak ada pertandingan sepak bola maupun konser musik.
Ini membuktikan bahwa fungsi stadion tersebut bukan hanya sebagai kunjungan warga Surabaya untuk menonton pertandingan bola maupun konser musik, melainkan warga cukup senang datang ke tempat tersebut untuk membeli kebutuhan akan sandang dengan harga yang relatif murah ditambah kehadiran Taman Mundu sebagai tempat terbuka untuk kebutuhan rekreasi warga yang tepat berada didepan stadion tersebut.

.