Senin, 16 Mei 2011

PEMUTARAN VIDEO AKUMASSA – SURABAYA DI KAMPUNG PLAMPITAN


Video kami kembali diputar, antusiasme warga pun cukup menarik. Iya memang betul demikian adanya, sabtu malam kemarin tepatnya tanggal 7 mei 2011 Video Akumassa - Surabaya kembali di putar dan di presentasikan di depan publik. Waktu itu di kampung Plampitan, lebih tepatnya disebrang Gedung pusat budaya Jawa Timur “ Cak Durasyim “. Sebelumnya saya tidak sebegitu tahu betul kenapa video ini kembali diputar di acara ini, karena kebetulan kita memutarnya dalam bagian pameran desain tentang kampung.



Kali ini kita diajak bekerja sama dengan sebuah organisasi yang dikelola seniman yang didirikan pada oktober tahun lalu yang salah satu pendirinya adalah seorang arsitek / seniman dari Jepang dan tiga profesional lokal dari bidang desain yang berbeda dan bekerjasama satu tim yang bernamakan OHS ( Orange House Studio ), mereka mempunyai program –program di kampung – kampung di tiga titik di Surabaya. Antara lain kampung Lemah Putro, kampung Tambak Bayan, dan yang terakhir kampung Plampitan yang menjadi tempat pameran mereka skaligus tempat pemutaran video Akumassa Surabaya.




“ Selamat datang di kampung Plampitan ” , kami pun merasa nyaman disitu walaupun suasana sedikit sepi menurut pribadi saya. Acara seperti ini cukup menarik karena pengunjung sangat beragam dan warga kampung pun ikut berpartisipasi didalamnya. Sebelum video kami di putar, rekan saya Aditya Adinegoro menjelaskan sedikit apa itu Kinetik dan apa itu Akumassa. Namun dikarenakan sedikitnya waktu membuat perkenalan kita tidak maksimal, dan video pun segera kami putar.

Video pertama yang kami putar yaitu Al – Kisah Di Ampel, kemudian di susul video Poo Tai Hie. Setelah itu kami sedikit mereview hasil video tersebut dan diskusi pun berlangsung. Banyak yang tertawa ketika menonton video tentang kampung wisata religius sunan Ampel tersebut, dan banyak pula yang bertanya soal pengalaman kita ketika membuat video tersebut. Situasi semakin seru karena disamping nonton kita bisa memesan hidangan bakso dan tahu petis yang tersedia disitu, selain itu juga kita bisa minum kopi secara gratis.

Setelah ngobrol santai, akhirnya kita memutuskan memutar dua video berikutnya. Namun ternyata sebelum kita memutar, ada permintaan dari salah satu warga setempat yang meminta video Al Kisah Di Ampel diputar kembali. Tanpa sungkan – sungkan ibu itu berteriak :
“ Mas, video ampelnya di puter lagi dong ?/ Mumpung kita masih belum ngantuk, sambil ketawa… “

Namun apa boleh buat, kita tetap menginformasikan bahwa kita akan memutar video berikutnya. Lalu video berikutnya yaitu Kesepakatan Sentolop dan yang terakhir adalah Irama Budaya menjadi video penutup malam itu. Tidak kalah menarik karena dua video ini menjadi perbincangan yang cukup lama karena banyak yang bertanya soal keunikan video Kesepakatan Sentolop yang biasa kami sebut pasar senter tersebut, lalu Kenta Kishi pun beranjak bertanya soal Irama Budaya. Beliau sangat tertarik dengan video tersebut dan ingin sekali menonton secara langsung pertunjukan ludruk asli Jawa Timur tersebut.

Selain itu pula, kami kedatangan juga mas Handoko selaku bagian dari ludruk Irama Budaya yang kebetulan saya ajak untuk menonton waktu itu. Beliau juga sempat menjelaskan sedikit soal ludruk dan kenapa rata – rata pemainnya waria, dari situ para penonton kushusnya warga setempat sedikit tahu soal ludruk dan keterlibatan waria didalamnya.

Warga pun sangat tertarik dan meminta kami untuk memutar video – video yang lain, saya sempat menyimak ucapan salah satu perwakilan warga sekitar yang kebetulan hadir pada waktu itu adalah ibu RW setempat.

Dan akhirnya diskusi pun selesai dan sebagian besar warga beranjak pulang, karena waktu sudah beranjak larut malam. Selain warga yang ikut hadir dalam menonton, ada pula kalangan akademisi maupun pemerintahan yang larut dalam acara tersebut mulai dari dosen, pegawai pemerintahan, hingga mahasiswa/I dan anak – anak .

Ini menunjukkan bahwa medium video bisa melebur ke bagian manapun selama kita bissa memanfaatkan medium ini sebaik mungkin dan semoga dengan hal kecil ini kita bisa memberikan tontonan alternatif bagi mereka kushusnya warga kampung Plampitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.